Cari Dokter:
Panggilan Darurat
(0741) 3620 118
Tifus dan Demam Berdarah Dengue (DBD) sering dianggap sama karena keduanya menimbulkan demam tinggi berhari-hari, padahal penyebab, pola gejala, dan risikonya berbeda.
DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang aktif pada pagi hingga sore hari dan berkembang biak di genangan air bersih. Sedangkan, Tifus (tifoid) berasal dari bakteri Salmonella typhi yang masuk lewat makanan atau minuman terkontaminasi akibat kebersihan tangan, sanitasi, atau pengolahan makanan yang kurang baik.
Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar pada gejalanya agar tanda bahaya dapat dikenali lebih cepat dan penanganan medis tidak terlambat.
Pola Demam, Ciri Umum dan Fase Kritis
Meski sama-sama menyebabkan demam, pola dan gejalanya cukup berbeda. DBD biasanya muncul dengan demam tiba-tiba dan tinggi (39–40°C), disertai sakit kepala, nyeri otot-sendi, nyeri belakang mata, mual, dan tubuh sangat lemas.
Selain itu, demam bisa naik-turun atau membentuk pola saddleback dan pada hari ke-3 hingga ke-7 merupakan fase kritis ketika demam menurun tetapi risiko kebocoran plasma meningkat. Gejala perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, petekie, feses kehitaman, atau muntah darah bisa muncul.
Sedangkan Tifus memiliki demam yang naik bertahap dari hari ke hari dan terdapat keluhan pencernaan yang lebih menonjol, seperti kembung, mual, nyeri perut, konstipasi (dewasa) atau diare (anak), serta nafsu makan menurun tapi gejala perdarahan jarang sekali muncul.
Pemeriksaan Dan Penegakan Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan melalui kombinasi gejala klinis, pemeriksaan trombosit (yang cenderung menurun), hematokrit (yang meningkat), serta uji Dengue seperti NS1, IgM, atau IgG dan pemantauan berkala juga penting dilakukan untuk mendeteksi fase kritis.
Sedangkan diagnosis Tifus paling akurat melalui kultur darah, dibantu pemeriksaan serologis yang kemudian hasil tesnya harus dilihat bersama gejala dan perjalanan demam agar tidak terjadi salah interpretasi.
Meskipun mirip, tapi perawatannya cukup berbeda, DBD akan berfokus pada hidrasi, istirahat, dan pemantauan intensif, sedangkan Tifus membutuhkan antibiotik yang tepat disertai hidrasi dan nutrisi yang cukup.
Pencegahan Yang Relevan Sehari-Hari
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan langkah 3M Plus yaitu, menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, dan mendaur ulang barang bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk. Karena lingkungan bersih, bebas genangan, serta penggunaan lotion anti nyamuk atau kelambu juga dapat menurunkan risiko, terutama saat musim hujan datang.
Sedangkan pencegahan Tifus menekankan kebersihan pangan: cuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet, konsumsi makanan yang matang sempurna, pastikan air minum aman, dan jaga kebersihan alat masak untuk mencegah bakteri masuk ke tubuh.
Tapi perlu diingat, jika muncul demam dengan gejala yang mengarah ke DBD atau tifus, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Penanganan yang cepat sangat penting dilakukan agar penyakit tidak berkembang menjadi kondisi serius dan berbahaya akibat terlambat ditangani.
Jika ingin melakukan konsultasi seputar Penyakit Dalam di RS Rapha Theresia Jambi, silakan hubungi Customer Service kami di (0741) 3620 888 atau melalui WhatsApp di (0811) 7813 888 untuk pendaftaran dan informasi selengkapnya.
Punya pertanyaan seputar Layanan dan Fasilitas RS Rapha Theresia Jambi? Yuk tinggalkan pesan di kolom komentar untuk ditanggapi tim dokter kami!
Solusi kesehatan masyarakat Jambi yang memprioritaskan keselamatan pasien melalui pelayanan EMPATIK dan berkualitas tinggi
Lebih Lanjut